Miris, itu yang aku rasakan saat mendengar orang-orang yang menghujat tingkah laku orang yang patah hati. Apakah mereka memang orang yang begitu kuatnya hingga bisa langsung sembuh saat patah hati atau mereka sendiri belum pernah merasakan patah hati...???
Tolol...
Nggak punya iman..
Lebay...
Beberapa komentar itu terlontar dari beberapa teman saat kami sedang membahas berita kematian seorang siswi SMU negeri Di Pontianak yang memilih mengakhiri hidupnya sendiri setelah putus dari pacarnya.
Please, berhenti menghakimi dia yang telah pergi. Mungkin kita semua setuju jalan yang dipilih dia salah. Aku fikir jauh lebih baik kita mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
Saat kita mendapat berita teman, sahabat dan keluarga menderita penyakit berbahaya seperti cancer, yang kita lakukan memberi dukungan, menghibur dan membantu sebisanya untuk mengurangi penderitaanya karena kita tahu resiko penyakit tersebut bisa mengakibatkan kematian.
Dan saat kita tahu, ada teman, sahabat atau keluarga yang sedang patah hati, apa yang paling sering kita lakukan, berempati dibelakang (diperhalus dari bergosip) korban patah hati. Ada beberapa yang perhatian dan memberi saran-saran untuk segera melupakan.
Sadarkah kalian sekarang, memberi saran dan perhatian seadanya tidaklah cukup. Terbukakah hati kalian bahwa patah hati itu juga penyakit yang berbahaya yang bisa berujung dengan kematian.
Untuk para orang tua, bisakah kalian lebih terbuka dengan kondisi anak-anak kalian, kalian mungkin tidak mengijinkan mereka pacaran pada usia sekolah. Tapi pada saat mereka memutuskan untuk jatuh hati dan diakhiri dengan patah hati, apakah tepat jika kalian kemudian ikut menyalahkan mereka. Jika bukan kalian yang menerima mereka apa adanya, lalu kepada siapa mereka bisa mencurahkan kesedihan mereka.
Orang-orang disekitar korban patah hati yang menyebut diri mereka teman dan sahabat, mungkin kalian belum merasakan sakitnya patah atau kalian termasuk orang-orang yang berjiwa kuat, yang menganggap patah hati hanya salah satu bagian dari cerita cinta kalian. Cobalah untuk lebih peduli, korban patah hati tidak bisa langsung melupakan walau kalian ribuan kali menyarankan untuk melupakan sang mantan. Mereka butuh kalian untuk mendengarkan mereka, dan tahu kalian ada dan dia tidak sendirian.
Untuk deretan para mantan, mungkin hubungan cinta ini tidak dapat dilanjutkan, kita tidak bisa memaksakan suatu hubungan. Dan jika harus berakhir, dan setelah beberapa waktu berlalu saat hati mulai tenang, sedikit memberi perhatian dengan menanyakan kabar mungkin bisa menenangkan jiwa mantan kalian yang mungkin saat ini masih mencintai kalian. Bukan untuk kembali, sekedar menyenangkan hati.
Dan untuk kamu yang sedang patah hati, mungkin saran dari Raditya Dika berikut bisa membuat kalian kembali bersemangat :
Pontianak, 28/11/2015